Sampah plastik menjadi sebuah perbincangan yang tak pernah habis untuk dibicarakan. Kehadiran plastik yang semulanya diperuntukkan sebagai pengganti kantong kertas untuk menyelamatkan bumi, malah menjadi bumerang bagi manusia[1]. Tepatnya 1959 plastik diciptakan oleh Sten Gustaf Thulin dengan tujuan agar wadah plastik dapat digunakan berkali-kali dibandingkan saat menggunakan kantong kertas, sayangnya trend penggunaan kantung plastik saat ini berubah menjadi kantong plastik sekali pakai.

Terjadinya pengalihan fungsi dari terciptanya plastik sebagai pengganti kantong kertas telah menjadi pekerjaan rumah yang pelik saat ini, hal ini dikarenakan struktur plastik yang kuat dan tidak mudah terurai. Secara global, peningkatan sampah plastik berkembang sangat pesat, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mencatat, pada 2021 lalu terdapat 460 juta ton plastik yang digunakan, jumlahnya meningkat tajam dari tahun 2000 yakni sebesar 353 juta ton[2]. Di Indonesia sendiri, peningkatan sampah plastik juga terjadi. Peningkatan sampah plastik dari 11 persen di 2010 menjadi 17 persen pada 2021 sebesar 68,5 juta ton[3]. Diskusi lainnya yang tak kalah penting dari pertumbuhan jumlah timbulan sampah plastik ini, adalah “Dimana mereka bermuara”?

Mengutip dari pemberitaan yang dikeluarkan oleh media tribunbisnis.com (16/03/2022) sampah plastik banyak ditemukan di laut Indonesia sebesar 6,8 juta ton per tahun[4]. Hal ini disebabkan dari terjadinya kebocoran sampah dalam sistem pengelolaan sampah sehingga berakhir di sungai dan laut. Wajar jika pada tahun 2015 lalu, Indonesia mendapat ranking penyumbang sampah plastik terbesar ke dua setelah Tiongkok, namun pada tahun 2020 lalu, Indonesia mendapat urutan ke tiga setelah China sebesar 56,3 juta kg sampah plastik yang bermuara pada lautan[5].

Masalah Baru Bagi Pangan Indonesia

Tingginya tingkat polusi plastik yang terjadi di laut Indonesia, menjadi permasalahan baru bagi pangan laut Indonesia, yakni terkontaminasinya ikan-ikan sebagai sumber pangan oleh mikroplastik. Mikroplastik merupakan potongan plastik yang memiliki ukuran kurang dari 4,8 milimeter[6]. Mikroplastik ini sangat berbahaya bagi lingkungan terutama pangan laut. Manusia yang mengonsumsi pangan laut akan menerima akibat berupa gangguan kesehatan seperti kerusakan organ tubuh dalam jangka panjang,  reaksi alergi, gangguan hormon, memicu kanker, gangguan metabolisme dan mempengaruhi perkembangan janin[7].

Mengutip dari jurnal Enggano mengenai studi mikroplastik pada saluran pencernaan Ikan Tongkol di kota Bengkulu, ditemukan empat tipe mikroplastik, yaitu Fragmen, Granual, Film dan Fiber dengan total kelimpahan mikroplastik pada saluran pencernaan Ikan Tongkol  sebesar 52,7 partikel/ind, dengan Rata-rata 10,5±7,2 partikel/ind. Persentase kelimpahan mikroplastik tertinggi yaitu tipe fiber/filament dan fragmen masing-masing sebesar 41%[8]. Selain itu, mikroplastik juga ditemukan pada pangan laut di tempat pelelangan ikan (TPI) Kendal dan Semarang. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat mikroplastik pada ikan selar dan kembung. Mikroplastik paling banyak ditemukan dengan rerata 25,2 partikel pada insang dan 19,1 partikel pada pencernaan ditemukan pada ikan kembung di TPI Tambak Lorok, pada ikan selar (Selaroides leptolepis) ditemukan rerata 10,1 partikel pada insang dan 8,4 partikel pada pencernaan[9].

Mengapa mikroplastik dapat ditemukan pada biota laut? Hal ini dikarenakan mikroplastik dapat tertelan oleh biota-biota laut dalam prosesnya mencari makan. Biota-biota tersebut mengira mikroplastik merupakan makanannya karena bentuknya yang mirip dengan makanannya. Selain itu, biota laut yang besar memangsa mangsanya yang juga telah terpapar oleh mikroplastik. Ketika biota laut ini dikonsumsi oleh manusia, manusia pun turut terpapar oleh kandungan mikroplastik dalam biota laut tersebut. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan pangan laut Indonesia, perlu adanya penanganan yang serius untuk penanganan sampah di laut.

Penanganan Sampah Laut Indonesia Diatur dalam Perpres No. 83/2018

Untuk mengatasi permasalahan sampah di laut, Indonesia telah memiliki komitmen melalui Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (National Plan of Action Combating Marine Litter) yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 83/2018 tentang Penanganan Sampah Laut dengan target pengurangan sampah laut sebesar 70% pada 2025 melalui Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL).

Adapun lima strategi tersebut meliputi: (a) gerakan nasional untuk meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan; (b) pengelolaan sampah di darat; (c) pengelolaan sampah di pantai dan pesisir; (d) mekanisme pendanaan, penguatan institusi dan penegakan hukum; dan (e) riset dan pengembangan. Dari aspek pembatasan timbulan sampah plastik, saat ini sudah diterbitkan 70 kebijakan daerah dalam pembatasan penggunaan plastik sekali pakai (single-use plastic), terdiri dari dua peraturan tingkat provinsi berupa Peraturan Gubernur dan 68 peraturan tingkat kabupaten/kota Peraturan Bupati atau Peraturan Wali Kota[10].

Serangan Sampah Kiriman

Pencemaran plastik di laut juga merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan tidak mengenal batas wilayah atau negara. Laut Indonesia bahkan mendapatkan kiriman sampah plastik dari berbagai negara. Laman pemberitaan CNN Indonesia menuliskan bahwa sampah dari negara lain akan membanjiri Raja Ampat[11], dan tentunya akan mengancam dan mengganggu biota laut atau pangan laut Indonesia. Perlu penanganan bersama secara global di berbagai negara sehingga keberlangsungan biota laut dan kesehatan pangan laut akan dapat tetap terjaga. Saat ini, negara-negara sedang melakukan negosiasi awal terhadap perjanjian internasional untuk mengakhiri polusi plastik, diharapkan perjanjian internasional ini akan mengatur secara komprehensif seluruh daur hidup plastik, sehingga tidak ada lagi kebocoran plastik ke darat maupun laut. (Dona)


[1] Hajid dan Anindita Pradana. 2019. Kantong plastik: Awalnya diciptakan untuk selamatkan Bumi. Diakses tanggal 13 Juli 2022, pada https://www.bbc.com/indonesia/media-50231051

[2] Riani Asnida. 2022. Hanya 9 Persen Sampah Plastik yang Berhasil Didaur Ulang di Seluruh Dunia. Diakses tanggal 13 Juli 2022, pada https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4898376/hanya-9-persen-sampah-plastik-yang-berhasil-didaur-ulang-di-seluruh-dunia

[3] CNN Indonesia. 2022. Sampah Plastik 2021 Naik ke 11,6 Juta Ton, KLHK Sindir Belanja Online. Diakses tanggal 13 Juli 2022, pada https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220225173203-20-764215/sampah-plastik-2021-naik-ke-116-juta-ton-klhk-sindir-belanja-online

[4] Ismoyo. 2022. KLHK: Sampah Plastik di Laut Indonesia 6,8 Juta Ton Per Tahun. Diakses tanggal 13 Juli 2022, pada https://www.tribunnews.com/bisnis/2022/03/16/klhk-sampah-plastik-di-laut-indonesia-68-juta-ton-per-tahun  

[5] Pamungkas. 2022. 10 Negara Penyumbang Sampah Plastik Terbesar di Laut, Indonesia Termasuk Lho. Diakses tanggal 13 Juli 2022, pada https://travel.okezone.com/read/2022/05/14/408/2594042/10-negara-penyumbang-sampah-plastik-terbesar-di-laut-indonesia-termasuk-lho?page=1

[6]  Greeneration. 2021. Apa itu Mikroplastik. Diakses tanggal 20 Juli 2022, pada https://greeneration.org/publication/green-info/apa-itu-mikroplastik/

[7]  Dokter Sehat. 2022. Waspada 6 Bahaya Mikroplastik bagi Tubuh dan Cara Mencegahnya!. Diakses tanggal 20 Juli 2022, pada https://doktersehat.com/informasi/kesehatan-umum/waspada-bahaya-mikroplastik-bagi-tubuh-dan-cara-mencegahnya/#:~:text=Memicu%20kanker%20dan%20penyakit%20serius%20lainnya&text=Partikel%20mikroplastik%20yang%20dihasilkan%20dari,%2C%20gangguan%20pendengaran%2C%20hingga%20kanker.

[8] Purnama Dewi, dkk. 2021. Analisis Mikroplastik Pada Saluran Pencernaan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Hasil Tangkapan Nelayan Di Pelabuhan Perikanan Pulau Baai Kota Bengkulu. Jurnal Enggano Vol. 6, No. 1, April 2021: 110 – 124. Diakses tanggal 20 Juli 2022.

[9] Senduk Juwita, dkk. 2021. Mikroplastik pada Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) dan Ikan Selar (Selaroideseptolepis) di TPI Tambak Lorok Semarang dan TPI Tawang Rowosari Kendal. Buletin Oseanografi Marina Oktober 2021 Vol 10 No 3:251–258. Diakses tanggal 20 Juli 2022.

[10]  KLHK. 2021. Menteri LHK Pra Sidang UN Environment Ke-5: Indonesia Kerja Keras Wujudkan Komitmen Atasi Sampah Plastik. Diakses tanggal 20 Juli 2022, pada https://www.menlhk.go.id/site/single_post/4347/menteri-lhk-pra-sidang-un-environment-ke-5-indonesia-kerja-keras-wujudkan-komitmen-atasi-sampah-plastik

[11]  CNN Indonesia. 2022. Sampah Negara Lain Banjiri Raja Ampat Papua Barat, Ancam Biota Laut. Diakses tanggal 20 Juli 2022, pada https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220209163314-199-757117/sampah-negara-lain-banjiri-raja-ampat-papua-barat-ancam-biota-laut